Saya pertama kali lihat piring-piring indah Sepiring Indonesia disaat datang ke Dia-Lo-Gue Artspace di Kemang (salah satu favorit lokal saya). Untuk mengakses kafe ini, Anda kudu berjalan melewati toko suvenir yang menjajakan barang-barang berasal dari seluruh nusantara. Piring-piring yang menarik dipajang dan warnanya yang indah menarik perhatian saya. Saat saya mengamati keenam piring tersebut, saya langsung jelas bahwa masing-masing piring merayakan formalitas berasal dari beraneka belahan nusantara.
Kebetulan saya hendak lagi ke Australia untuk merayakan lagi tahun teristimewa seorang teman, jadi saya mengambil keliru satu piring ( Bugis Makanja ) sebagai hadiahnya. Saat mengakses bungkus situs judi bola resmi piringnya, keceriaan teman-teman saya terlihat jelas begitu pula persetujuan berasal dari teman-teman kami. Komentar seperti, ‘Kamu jelas apa yang kudu dibelikan untukku untuk lagi tahunku!’ memperkuat apa yang telah saya ketahui; bahwa dagangan Sepiring Indonesia adalah anugerah yang patut disyukuri.
Eksposur awal Liz terhadap desain indah Sepiring berkunjung berasal dari suaminya. Liz menjelaskan, “Suami saya berikan saya piring Sepiring Indonesia yang benar-benar teristimewa terhadap tahun 2012, disaat dia didalam perjalanan berasal dari Sydney ke Jakarta untuk bekerja. Dia menentukan desain Tatau Dayak yang cerah dan menyenangkan, yang melukiskan suku Dayak berasal dari Kalimantan, serta flora dan fauna asli area tersebut. Belakangan terhadap tahun itu, kami sekeluarga berempat ganti ke Jakarta; dan piring saya ikut bepergian dan melambangkan petualangan yang dapat kami mulai. Saya bahagia piring saya. Penggunaan warna dan ceria ilustrasinya tidak pernah gagal membuatku tersenyum”.
Jadi layaknya yang Anda lihat, Sepiring Indonesia (yang diterjemahkan sebagai ‘Piring Indonesia’), telah berada didalam radar kolektif kami sejak awal. Dan bersama dengan style ‘ perjalanan yang dipesan lebih dahulu ‘, Liz dan saya menjadikan misi kami untuk menemukan dan berjumpa kekuatan kreatif di balik desain yang begitu indah. Inilah kisah Eridanie Zulviana dan Åsa Gilland-Soeprapto.
Ya, saya lahir di Jakarta dan punyai koneksi di seluruh Jakarta karena banyak bagian keluarga saya yang tersebar di seluruh kota. Keluarga saya berasal berasal dari Sulawesi Selatan (dari suku Bugis). Ayah saya adalah seorang Kapten Laut dan lahir di Sungai Gerong, Sumatera Selatan.
Ya, saya lahir di Swedia namun saya telah berada di Indonesia selama 20 tahun. Saya berjumpa suami saya yang orang Indonesia di London dan akhirnya mengikutinya ke Indonesia.
Eridanie: Saya benar-benar menghendaki jadi perancang busana. Saya selamanya sebabkan sketsa wanita menari. Karena tidak ada sekolah desain fesyen lokal yang bisa saya mengikuti setelah saya menyelesaikan sekolah, saya membuat perubahan rancangan saya untuk jadi seorang desainer grafis. Keponakan saya, serta saya dan saudara laki-laki saya, seluruhnya bahagia melukis.
Åsa: Saya selamanya menghendaki jadi seorang seniman. Nenek saya, Marta, adalah seorang seniman dan dia mengizinkan saya menggunakan studio dan peralatannya. Marta benar-benar sabar dan mendorong saya untuk jadi seorang seniman. Ayah saya adalah seorang kartografer. Saya punyai kenangan indah mengikuti Ayah saya selama liburan sekolah sementara dia bekerja. Saya dapat duduk di kursi belakang mobil, sebabkan sketsa.